Rika Sensor adalah produsen sensor cuaca dan penyedia solusi pemantauan lingkungan dengan pengalaman industri lebih dari 10 tahun.
Tahukah Anda bahwa Laut Mati memiliki konduktivitas listrik (EC) sebesar 200.000 µS/cm? Ini adalah badan air alami dengan konduktivitas tertinggi di dunia. Kadar garam Laut Mati melebihi 34%. Garam di Laut Mati menyebabkan tingginya total padatan terlarut (TDS) dan konduktivitas listrik (EC), sehingga tercipta hubungan yang erat antara keduanya. Artikel ini akan membahas bagaimana istilah-istilah ini saling berkaitan dan bagaimana sensor konduktivitas listrik dapat menghitungnya.
Tujuan kami adalah mengembangkan pemahaman mendalam tentang EC dan TDS, parameter penting bagi semua industri besar yang menggunakan air dalam prosesnya. Pengukuran EC dan TDS dalam lingkungan industri membutuhkan estimasi cepat yang memberikan hasil paling mendekati nilai sebenarnya. Sensor EC menawarkan metode yang andal dan cepat untuk menghitungnya. Sebaliknya, metode dengan akurasi dan presisi yang lebih tinggi cenderung rumit dan memakan waktu. Artikel ini akan mengeksplorasi semua opsi kami untuk menghitung konduktivitas listrik dari TDS dan sebaliknya, dimulai dengan bagaimana EC mewakili kualitas air.
Air adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup dan material vital bagi industri. Manusia dan mekanisme Bumi berputar di sekitar air. Air merupakan sumber hidrasi bagi semua organisme hidup dan pelarut universal yang sama pentingnya untuk proses kimia.
Mengingat beragamnya penggunaan air, definisi kualitas air berubah sesuai dengan aplikasinya. Meskipun aman bagi manusia untuk mengonsumsi air dengan kadar konduktivitas termal (EC) 100-500 ppm, manufaktur chip menggunakan air dengan kadar EC 1 ppm yang dikontrol secara tepat menggunakan sensor EC, sehingga air tersebut hampir tidak menghantarkan listrik. Artikel ini akan menjelaskan mengapa manufaktur chip membutuhkan air dengan EC yang sangat rendah. Pertama, kita perlu memahami definisi dasarnya.
TDS adalah istilah yang lebih relevan untuk air bagi organisme hidup. Organisasi seperti WHO menyediakan pedoman komprehensif tentang air minum yang aman bagi manusia. Demikian pula, penggunaan sensor konduktivitas listrik untuk memperkirakan TDS dalam aplikasi industri sangat penting untuk memastikan pengoperasian yang aman dan menghindari kerak atau korosi.
TDS mewakili jumlah padatan organik dan anorganik dalam air. Ini dapat berupa mineral, garam, logam, dan ion lainnya. TDS dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L) atau ppm (bagian per juta).
Sensor konduktivitas listrik dapat memberikan nilai TDS menggunakan rumus konversi. Namun, rumus tersebut berubah tergantung jenis cairan, sehingga diperlukan evaluasi cairan yang cermat. Metode yang lebih akurat dan tepat adalah dengan menguapkan air dari sampel 0,1 liter dan menimbang sisa mineral yang tertinggal di permukaan.
Terdapat berbagai sumber TDS (Total Dissolved Solids) dalam air. Beberapa terjadi secara alami, sementara yang lain berasal dari polusi industri atau proses. Berikut detailnya:
Nilai EC juga berubah seiring perubahan jumlah padatan anorganik atau organik dalam air. Kandungan padatan yang lebih tinggi, seperti logam, garam, dan ion, dapat berkontribusi pada peningkatan nilai EC, sehingga menjadikannya metode yang andal untuk menilai kualitas air.
Konduktivitas listrik adalah kemampuan suatu material untuk menghantarkan listrik. Nilainya dinyatakan dalam mikroSiemens per meter (mS/m). Material yang dapat menghantarkan listrik disebut konduktor. Air, dalam bentuk paling murni, bukanlah konduktor. Namun, penambahan padatan terlarut membuatnya menjadi konduktif.
Konduktivitas listrik dapat diukur menggunakan sensor EC, yang dapat berupa sensor genggam atau dipasang secara berurutan untuk pengukuran kontinu. Sensor ini dapat memiliki elektroda dengan jarak 1 cm dan mengalirkan arus kecil melalui cairan. Meteran mengukur resistansi antara probe, yang berhubungan langsung dengan konduktivitas cairan.
Sensor konduktivitas listrik dapat memberikan nilai yang bervariasi tergantung pada kondisi cairan. Molekul dan perilakunya dapat berubah karena sifat kimia dan fisika yang berbeda. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi konduktivitas listrik (EC):
Tema utama artikel kami adalah bahwa TDS dan EC sangat berkaitan. Istilah-istilah ini dapat dikonversi menggunakan rumus sederhana. Namun, faktor konversinya dapat berubah tergantung pada berbagai faktor.
Anda mungkin telah menemukan hubungan langsung antara EC dan TDS. Seiring meningkatnya konduktivitas listrik, TDS juga meningkat. Dalam kasus seperti air limbah dan limpasan perkotaan, bahan organik dapat meningkatkan TDS sementara EC mulai menurun. Di sebagian besar lingkungan industri, penambahan padatan dikontrol; oleh karena itu, korelasi tersebut juga sudah mapan untuk menghasilkan hasil yang akurat.
Sebelum kita membahas korelasi antara TDS dan EC, penting untuk memahami keterbatasannya. Korelasi ini dapat memberikan hasil yang cepat dan akurat jika keterbatasan tersebut tidak menimbulkan ancaman kesalahan.
Mengonversi TDS ke konduktivitas listrik memerlukan faktor konversi. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, rumus ini memiliki keterbatasan. Hubungan tersebut tetap berlaku jika konduktivitas listrik dan TDS berhubungan langsung. Namun, kita tetap perlu memiliki gambaran perkiraan tentang sifat air.
Faktor K dalam rumus konversi memanfaatkan sifat proporsional langsung antara EC dan TDS. Sebagian besar meter TDS adalah sensor EC yang memeriksa konduktivitas listrik cairan dan menerapkan rumus konversi untuk memberikan hasil dalam ppm atau ml/g.
Nilai faktor K berubah tergantung jenis air. Berikut beberapa contohnya:
EC (µS/cm) = TDS (ppm) / Faktor Konversi (K)
Rumusnya cukup sederhana, yaitu membagi TDS dengan faktor konversi, sehingga menghasilkan EC. Sebagian besar sensor EC memiliki rumus ini yang tertanam dalam perangkat keras atau perangkat lunaknya. Perangkat lunak tersebut dapat menyesuaikan faktor konversi berdasarkan nilai dari sensor lain untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat.
Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, beberapa faktor dapat memengaruhi konversi. Kita harus memastikan kompensasi yang tepat terhadap pembacaan sensor konduktivitas listrik untuk perhitungan yang akurat. Berikut adalah dua faktor utama yang dapat memengaruhi akurasi:
Konduktivitas listrik meningkat seiring dengan peningkatan suhu, sementara TDS tetap sama. Dalam hal ini, nilai faktor konversi (K) perlu diturunkan untuk memastikan hubungan antara TDS dan EC akurat.
Sensor konduktor listrik memerlukan kalibrasi. Setiap produsen mungkin menggunakan frekuensi kalibrasi yang berbeda, atau pengguna dapat mengatur frekuensi sendiri untuk memastikan keakuratan hasil. Kalibrasi dapat dilakukan menggunakan berbagai batch larutan standar dengan konduktivitas listrik yang bervariasi dan TDS yang diketahui. Ini akan memeriksa kinerja dan memungkinkan kalibrasi peralatan. Sensor EC harus memberikan nilai yang sama dengan EC larutan yang diketahui.
Langkah pertama dalam menghitung konduktivitas listrik dari TDS adalah mengukur EC menggunakan salah satu dari dua metode berikut:
Meter EC dapat berupa kelas industri atau untuk penggunaan rumah tangga. Tergantung pada desainnya, meter ini dapat memiliki probe yang dapat dilepas atau terpasang permanen. Meter ini memberikan nilai langsung dengan tampilan terintegrasi. Campuran harus diaduk dengan benar, dan sampel harus mewakili seluruh batch. Cukup masukkan probe dan ikuti petunjuk penggunaan sensor EC untuk mendapatkan hasilnya.
Sensor konduktivitas listrik online adalah cara tercepat dan paling efisien untuk memantau dan mengontrol suatu proses. Sensor EC modern yang paling canggih telah dikompensasi suhu dan menggunakan metode konversi frekuensi untuk hasil yang akurat. Sensor ini juga mempertimbangkan polarisasi elektroda dan interferensi eksternal yang dapat memengaruhi pembacaan. Outputnya umumnya berupa sinyal analog (4-20mA) atau digital (RS485) dengan rentang deteksi 0–200.000 µS/cm. Satu probe dapat memberikan nilai EC, Salinitas, dan TDS. Sensor ini ideal untuk pabrik pengolahan, pengolahan air limbah, instalasi pemurnian air, atau industri lain yang membutuhkan pemantauan dan kontrol online.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, memilih faktor konversi yang tepat akan memastikan hasil yang akurat. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan:
Tentukan jenis airnya, apakah air laut, air tanah, atau air murni. Gunakan faktor konversi yang tepat berdasarkan pengamatan.
Lihat tabel berikut untuk mengetahui faktor konversi yang tepat:
Jenis Air | Faktor Konversi EC ke TDS yang Umum |
Air murni | 0.55 - 0.6 |
Keran air | 0.5 - 0.7 |
Air tanah | 0.65 - 0.7 |
Air laut | 0.5 |
Air payau | 0.55 - 0.7 |
Limbah air industri | 0.55 - 0.7 |
Terakhir, Anda dapat menerapkan rumus untuk mendapatkan TDS atau EC yang dibutuhkan. Jika sensor EC Anda memberikan nilai konduktivitas, ubahlah menjadi TDS; dalam kasus lain, jika meteran TDS Anda memberikan nilai ppm, Anda dapat dengan mudah mengubahnya menjadi µS/cm.
Nilai EC dan TDS harus diukur untuk memastikan keamanan air minum. WHO merekomendasikan TDS sebesar 300 bagian per juta (ppm) dan tingkat konduktivitas listrik (EC) kurang dari 400 mikro Siemens per sentimeter (µS/cm).
Limbah industri dapat mengandung kontaminan yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pemantauan daring dapat membantu mengatasi masuknya polutan secara langsung. Di industri seperti pakaian dan pertambangan, pemantauan daring menggunakan sensor EC merupakan kebutuhan penting.
Dalam kasus danau dan sungai, yang menjadi sumber air konsumsi bagi makhluk hidup, pemantauan EC dan TDS dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. Memastikan air aman untuk dikonsumsi memerlukan pengukuran, yang dapat dilakukan dengan cepat dan akurat oleh sensor EC. Namun, kita tetap perlu mempertimbangkan kriteria pemilihan faktor konversi.
Dalam bidang pertanian, pemantauan nutrisi dalam larutan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dapat memberikan manfaat finansial dan kesehatan. Penggunaan TDS dan EC untuk memastikan campuran nutrisi yang tepat untuk lahan pertanian dapat menghasilkan panen yang tinggi. Sensor dan meter EC dapat membantu mengelolanya secara efektif.
Kadar salinitas tanah diukur menggunakan meter salinitas, yang merupakan bagian integral dari sensor EC. Metode konversi frekuensi modern memungkinkan sensor EC untuk mendeteksi TDS, EC, dan salinitas dengan sedikit memodifikasi metode dan rumus perhitungannya.
Ketel uap pada operasi pembangkit listrik industri membutuhkan pasokan air berkualitas tinggi. Pelarut dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembentukan endapan, yang menghambat efisiensi dan masa pakai ketel uap. Oleh karena itu, sensor EC pada saluran air umpan sangat penting untuk memantau kondisi pabrik.
Industri seperti tekstil, pewarnaan, minuman konsumsi, dan saus celup membutuhkan meter EC dan TDS untuk memantau proses yang sedang berlangsung. Perubahan apa pun pada EC dan TDS dapat menyebabkan variasi dalam hasil produksi, yang mengakibatkan pemborosan tinggi dan operasi yang tidak efisien.
Perhitungan konduktivitas listrik (EC) dan total padatan terlarut (TDS) memerlukan meter EC atau sensor EC online. Nilai yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi TDS dan sebaliknya. Namun, pengguna perlu memasukkan semua faktor yang dapat memengaruhi faktor konversi ke dalam rumus. Faktor-faktor seperti suhu, ion, jenis padatan, jenis air, bahan organik, dll., sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum membuat perkiraan apa pun. Akhirnya, setelah memasukkan dan memahami semua faktor tersebut, pengguna dapat dengan aman menggunakan rumus untuk mendapatkan konversi EC dari TDS yang diinginkan menggunakan sensor EC sederhana.
Jika Anda menginginkan sensor EC canggih dengan kemampuan deteksi luas dan output yang andal, kunjungi situs web RIKA untuk menjelajahi Sensor Konduktivitas Listrik (EC) / Salinitas Online Rika RK500-13. Dengan menggunakan metode konversi frekuensi terbaru, sensor Rika dapat secara akurat memberikan nilai TDS, EC, dan Salinitas. Kami harap Anda mendapatkan manfaat dari artikel dan produk Rika ini.
LEAVE A MESSAGE